Setiap detik adalah pengambilan keputusan. Kadang, aku berpikir bahwa takdir sebenarnya adalah keputusan yang kita pilih sendiri. Apakah kita akan menjadi orang yang berguna dan berdaya atau tidak, itu adalah takdir yang kita pilih. Apakah kita akan berbuat baik atau jahat, itupun sebuah pilihan dan menjadi takdir yang bisa kita pilih.
Hanya saja, banyak hati dan pikiran manusia yang terlanjut mati oleh rutinitas. Menganggap bahwa apa yang terjadi setiap detiknya adalah hal yang wajar, biasa saja, dan sudah berjalan sebagaimana mestinya. Setiap hari melakukan hal yang sama, selalu serupa. Mengulang-ulangnya tanpa sedikitpun berusaha untuk mengubahnya menjadi lebih baik, lebih efisien, atau lebih bermanfaat.
Kita menganggap apa-apa yang sewajarnya, ya disikapi sewajarnya. Lantas ketika kita berhadapan pada kondisi yang tidak sesuai, kondisi yang tiba-tiba mengacaukan rutinitas kita, kondisi yang membuat apa yang tadinya biasa kita lakukan menjadi tidak bisa. Kita kalang kabut.
Biasa bangun jam 8 pagi, dipaksa bangun jam 3 pagi. Biasa tidak pernah sarapan, dipaksa sarapan. Takdir, seringkali bertindak sesederhana itu. Hanya saja, kita tidak pernah siap. Dalam kondisi ekstrem, takdir bisa mengubah rencana hidup kita secara total. Bisa membelokkan arah hidup kita secara dratis.
Di saat itulah, kita mungkin baru merasakan bahwa hidup ini tidak mengalir begitu saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar