Selasa, 06 Desember 2016

Ruang kosong

Perlahan-lahan manusia mulai meninggalkan takdirnya sebagai makhluk sosial, menuju hidup yang lebih individualistis.
Kemandirian dibangun dengan rasa curiga pada orang lain dan keinginan untuk mengalahkan, bukan pada rasa percaya dengan dukungan sesama. Sehingga kita hidup bersama, tapi bukan untuk berbagi.
Kita hidup dalam kelompok, tapi bukan untuk saling terhubung, kita mungkin bergandengan tangan dipermukaan, tapi berselisih dalam hati.

Barangkali, dulu, ketergantungan antar manusia lebih terasa. Sebelum telepon ditemukan, kita sangat bergantung pada pertemuan tatap muka. Sebelum Google tercipta, kita sangat membutuhkan untuk tempat bertanya dan berdiskusi. Sebelum segala kemudahan teknologi dan ekonomi yang ada kini kita menyadari bahwa kesendirian tidak bisa menjadi cara untuk bertahan hidup.

Tapi kemudahan hanya ilusi.
Sebenarnya, hidup berjalan lebih sulit dari sebelumnya.

Kita tak ubahnya seperti sekawanan semut yang ditakdirkan hidup berkoloni tapi memilih untuk meninggalkan koloni dan hidup masing-masing. Membangun sarang sendiri-sendiri, mencari makan sendiri-sendiri. tak terelakkan lagi, kolaborasipun berubah menjadi kompetisi. Perkawanan berubah menjadi perlawanan. Satu sama lain kita bersaing. Bersaing memiliki sarang terbesar, bersaing memperebutkan makanan, bersaing mendapatkan hidup yang lebih baik.

Sepertinya hidup menjadi lebih mudah dan maju. Tetapi, jauh di dalam jiwa, kita kesepian..

Dan berbagai kompensasi yang kita penuhi untuk mengusir kesepian itu; kesibukan, kepopuleran di dunia maya, dan perasaan bebas, tak juga mampu memenuhi ruang kosong dalam hati.

Kita mungkin memiliki banyak perbedaan, pengalaman dikecewakan, pengalaman disakiti orang lain, yang membuat kita berpikir untuk memutus hubungan dengan orang lain. Tapi kita juga memiliki satu hal yang saling beririsan, yakni bahwa kita adalah makhluk koloni, kita adalah semut-semut yang akan mencipta banyak makna jika bersama. Kita tidak bisa hidup sendiri..

"No man is an island, entire of itself; every man is a piece of the continent, a part of the main"
-John Donne

Mari mendekat, untuk menghubungkan kembali yang terputus. Mari membuka hati untuk saling mengisi. Mari awali semua itu dengan saling mendengarkan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar