Saat itu aku melihatnya berlarian di tengah hujan. Kali ini dresnya merah muda, senada dengan payungnya. Tangannya sesekali dia tengadahkan, sekedar mengkongirmasi-apa rinai yang ia lihat sama dengan yang ia rasakan. Lalu ia kembali melanjutkan perjalanan, dan tersenyum.
Beberapa saat lalu, kutemui dirinya terengah-engah. Naik turun tangga, lalu kami kembali bertemu di tempat fotokopi, di sudut timur fakultas, dia merapikan berkasnya. Rasa-rasanya dia sedang riweh, sedang buru-buru, jemarinya ia ketukkan di atas meja saat petugas fotokopi lambat melayaninya. Kemudian dengan pelayanan yang alakadarnya, wajah super ketus, petugas itu bilang,
"Uang kecil aja sih Mbak, nggak ada kembalian. " sambil menyodorkan dengan kasar. Aku yang menyaksikannya saja ingin marah. Tapi gadis itu tersenyum.
"Nggak ada tah Mas. Yasudah, Mas bawa dulu saja uang saya. Saya buru-buru. "
"Loh Mbak-" lalu dia beralih begitu saja.
Esoknya aku bertemu lagi dengan gadis itu, di jalan penyebrangan dekat kampus. Lagi-lagi dia sedang tersenyum membagi beberapa nasi bungkus dengan teman-temannya untuk lansia yang menggelandang disana. Padahal sedang panas terik. Padahal tas kantong kresek yang dibawa ditangan kanannya itu berat- tampak karena saking banyaknya nasi bungkus disitu.
Pernah kutemui juga dia di kantin, sedang berkumpul dengan beberapa sahabatnya. Rupanya dia tak pernah sadar jika sedang ku amati. Sambil menyuap beberapa sendok nasi, ia mendengarkan sahabatnya bercerita dengan menggebu-gebu. Dia sesekali menimpali dengan tak kalah cerianya. Lagi-lagi kudapati ekspresi yang sama, dia tersenyum.
Pun saat dia jalan pergi ke parkiran..dia hanya terdiam melihat parkir yang tak beraturan. Sepertinya dia sedang berpikir dan menghela nafas panjang. Gadis itu keberatan menggeser motornya sendiri, butuh waktu yang cukup lama untuk mengeluarkan motor maticnya dari kerumunan motor. Tapi dia tidak buru-buru keluar, jarak dua motor di sebelahnya ada gadis lain yang tak sekuat dia. Di letakkannya kembali motor matic warna merah miliknya, dan dia berjalan kearah sana, membantunya. Ya Tuhan! Gadis ini... Lalu dengan sudut bibir yang sama, dia tersenyum setelah semuanya usai.
Kutelusuri dia di sosial media. Aku tau dia setelah aku bertanya pada temanku yang pernah kulihat bersamanya. Kucatat benar namanya! Aku mencoba mengakses akun-akun sosial medianya. Tak ada satupun keluhan di akunnya. Aku tau dia pasti sembunyi di balik kata bijak. Seolah yang dia punya hanyalah kebahagiaan. Dia kembali memenuhi ruang dan waktu dengan senyumnya itu.
Aku sampai pada satu kesimpulan; orang yang bisa mendengar keluh kesahnya, kesedihannya, menghibur lukanya,..pastilah beruntung. Saat gadis itu menunjukkan lemahnya, pastilah orang itu memiliki peran yang kuat dalam hidupnya.
Dan itu bukan aku..
Andai dia tau, aku juga ingin menguatkannya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar