Ketika mengetik dengan jari-jari
yang masih Allah izinkan ini, Bumi telah berusia 46 miliar tahun, alhamdulillaah ya,
itu bukan umur yang sedikit lho, kalau sekarang membelanjakan uang
segitu bisa dapet snack sampai memenuhi sekuruh ruang dalam rumah tuh J. Dimana keadaan sudah
berbeda jauh sekali kalau mau di bandingkan dengan masa-masa ‘keemasan’ yang
ada pada zaman orang-orang terkasih kita (orang tua) yang notabene lahir
disekitran ’70 an atau ‘90an, bahkan aku yang lahir di kisaran ’90an aja udah
ngerasain banget kok bedanya (kan kan kan jadi katahuan tuanya :D); dulu, dulu
sekali bumi tak sepadat ini, yang ramai dengan sepeda ontel di setiap ruas-ruas
jalanan yang tak memiliki klakson semenggema sekarang. hamaparan lahan hijau
nan wangi dahulu itu luas sekali, sejauh mata memandang begitu dimanjakan oleh
karyaNya nan agung. Dimana untuk berkomunikasipun harus kuat-kuat memendam rasa
sebab tersampaikannya kabar atau pesanpun harus begitu sabar lahir batin.
Berbedakah? Iya, tentu saja.
Aku
tak hendak membahas perbedaan yang ku sebutkan itu (dikupas di lain waktu aja
ya). “Dulu itu, orang Cuma modal mau aja udah bisa jadi PNS kok” begitu kata
salah seorang teman yang benar-benar membenci tiga huruf yang lahir dari
singkatan Pegawai Negeri Sipil itu, sekarang udah tau kan mau bahas apa? Iya,
si seragam yang berwarna keoklatan itu, yang sempat manjadi primadona di
masa-masanya, kata sempat yang aku sematkan rasanya cukup mewakili melihat
keadaan yang begitu berubah dengan saat ini, tapi ayolah, siapa yang tak tergiur
dengan iming-iming yang di hadirkan si seragam kecoklatan itu? Seperti akan
mendapatkan jaminan seumur hidup, ini itunya di tanggung Negara, bahkan yang di
tanggung tak hanya si pengguna serangam, namun juga istri, anak, atau
keluargnyapun akan kecipratan, tanpa perlu terlalu memeras keringat seember
besar sehari. Jikapun masih ada yang begitu bernafsu dengan tiga huruf
singkatan itu, bisa jadi merupakan keinginan dari orang-orang terdahulunya yang
lahir di tahun-tahun keemasan si tiga kata singkatan.
Lalu,
bagaimana dengan sekarang? Aku akui, si
tiga huruf singkatan itu belum menghilangkan pesonanya bagi yang berniat
merengkuhnya, namun, mari kita lihat sekarang, masa-masa dimana setiap orang
bisa mendapatkan rezeki yang telah dijanjikanNya dengan berlimpah ruah itu.
Dimana setiap orang bisa bekerja dan mendapatkan si merah, biru, hijau, atau
bahkan abu dengan begitu mudahnya, dengan duduk bersosmed ria pun bisa medapatkan
uang, dengan memegang sapu di kedua tanganpun akan mendapatan uang, bayangkan
jika tanpa sipemegang sapu sehari saja, maka alangkah kotornya bumi Allah ini, atau dengan jenis
pekerjaan-pekerjaan lain yang begitu mudah tertangkap kamera indah yang telah
Allah anugrahkan, iya bukan?
“Seperti
burung yang keluar dari sarangnya pada pagi hari dalam keadaan lapar lalu
pulang pada sore hari dalam keadaan kenyang, seperti itu janji Allah jika kau
yakin dengan ketetapan Allah,” Iya, benar, bahwa rizkiNya itu luas sekali.
Maka jangan
takut dengan apapun ‘label’ yang tersemat dalam pekerjaan kita hari ini, selama
cara memperolehnya adalah halal lagi baik, kenapa tidak? Masalah cukup atau
tidak, oh.. ayolah, bukankah “jika kau bersyukur maka Aku akan menambah
nikmatKu” begitu janjinya Allah dalam Alqur’an nur karim. bukan masalah berpenghasilan tetap, tapi bagaimana agar tetap penghasilan tetap.
Bukankah bisa
membuka mata dan bernafas hingga detik ini adalah sebuah nikmat yang luar
biasa?
“Fabiayyialaa
irobbikuma tukadzibaan…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar