Rabu, 16 Maret 2016

Bukankah RizkiNya itu Begitu Luas?





Ketika mengetik dengan jari-jari yang masih Allah izinkan ini, Bumi telah berusia 46 miliar tahun, alhamdulillaah ya, itu bukan umur yang sedikit lho, kalau sekarang membelanjakan uang segitu bisa dapet snack sampai memenuhi sekuruh ruang dalam rumah tuh J. Dimana keadaan sudah berbeda jauh sekali kalau mau di bandingkan dengan masa-masa ‘keemasan’ yang ada pada zaman orang-orang terkasih kita (orang tua) yang notabene lahir disekitran ’70 an atau ‘90an, bahkan aku yang lahir di kisaran ’90an aja udah ngerasain banget kok bedanya (kan kan kan jadi katahuan tuanya :D); dulu, dulu sekali bumi tak sepadat ini, yang ramai dengan sepeda ontel di setiap ruas-ruas jalanan yang tak memiliki klakson semenggema sekarang. hamaparan lahan hijau nan wangi dahulu itu luas sekali, sejauh mata memandang begitu dimanjakan oleh karyaNya nan agung. Dimana untuk berkomunikasipun harus kuat-kuat memendam rasa sebab tersampaikannya kabar atau pesanpun harus begitu sabar lahir batin. Berbedakah? Iya, tentu saja.
            Aku tak hendak membahas perbedaan yang ku sebutkan itu (dikupas di lain waktu aja ya). “Dulu itu, orang Cuma modal mau aja udah bisa jadi PNS kok” begitu kata salah seorang teman yang benar-benar membenci tiga huruf yang lahir dari singkatan Pegawai Negeri Sipil itu, sekarang udah tau kan mau bahas apa? Iya, si seragam yang berwarna keoklatan itu, yang sempat manjadi primadona di masa-masanya, kata sempat yang aku sematkan rasanya cukup mewakili melihat keadaan yang begitu berubah dengan saat ini, tapi ayolah, siapa yang tak tergiur dengan iming-iming yang di hadirkan si seragam kecoklatan itu? Seperti akan mendapatkan jaminan seumur hidup, ini itunya di tanggung Negara, bahkan yang di tanggung tak hanya si pengguna serangam, namun juga istri, anak, atau keluargnyapun akan kecipratan, tanpa perlu terlalu memeras keringat seember besar sehari. Jikapun masih ada yang begitu bernafsu dengan tiga huruf singkatan itu, bisa jadi merupakan keinginan dari orang-orang terdahulunya yang lahir di tahun-tahun keemasan si tiga kata singkatan.
Lalu, bagaimana dengan sekarang?  Aku akui, si tiga huruf singkatan itu belum menghilangkan pesonanya bagi yang berniat merengkuhnya, namun, mari kita lihat sekarang, masa-masa dimana setiap orang bisa mendapatkan rezeki yang telah dijanjikanNya dengan berlimpah ruah itu. Dimana setiap orang bisa bekerja dan mendapatkan si merah, biru, hijau, atau bahkan abu dengan begitu mudahnya, dengan duduk bersosmed ria pun bisa medapatkan uang, dengan memegang sapu di kedua tanganpun akan mendapatan uang, bayangkan jika tanpa sipemegang sapu sehari saja, maka alangkah kotornya  bumi Allah ini, atau dengan jenis pekerjaan-pekerjaan lain yang begitu mudah tertangkap kamera indah yang telah Allah anugrahkan, iya bukan?
“Seperti burung yang keluar dari sarangnya pada pagi hari dalam keadaan lapar lalu pulang pada sore hari dalam keadaan kenyang, seperti itu janji Allah jika kau yakin dengan ketetapan Allah,” Iya, benar, bahwa rizkiNya itu luas sekali.
Maka jangan takut dengan apapun ‘label’ yang tersemat dalam pekerjaan kita hari ini, selama cara memperolehnya adalah halal lagi baik, kenapa tidak? Masalah cukup atau tidak, oh.. ayolah, bukankah “jika kau bersyukur maka Aku akan menambah nikmatKu” begitu janjinya Allah dalam Alqur’an nur karim. bukan masalah berpenghasilan tetap, tapi bagaimana agar tetap penghasilan tetap. 
Bukankah bisa membuka mata dan bernafas hingga detik ini adalah sebuah nikmat yang luar biasa?


                 Fabiayyialaa irobbikuma tukadzibaan…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar