Muslimah, satu kata yang mungkin bisa membuat para bidadari cemburu, atau
bahkan bisa buat akhi-akhi harus gudhul bashor dengan sebenar-benarnya
(lahir-batin, maksudnya), yang kadang bisa buat para wanita diluar ‘label’ itu
berdecak atau bahkan merasakan impact keteduhannya. MasyaAllah!
Ini membuatku seolah
mengadakan penelitian kecil-kecilan (ceritanya), dengan menyodorkan sebuah
pertanyaan singkat, padat dan jelas; “Muslimah, menurut kalian itu seperti apa
sih?”. Dan ternyata jawabannya tak se simple itu, satu pertanyaan yang
ternyata melahirkan anak-anak jawaban
yang nggak kalah MasyaAllahnya;
-kalem
-lembut
-manis (gulaa
kali yak!)
-wajahnya teduh
(mungkin saat itu muslimahnya sedang diselimuti awan mendung, heheh.. kidding)
-tutur katanya ‘enak’
didenger
-nggak
‘sembarangan’ sama lawan jenis (mungkin maksudnya; nggak colak-colek sambalado,
nggak hahah..hihi.. ckckck… wkwkwk.. kali ya.. ^^)
-pintar
-ke-ibu-an
(keibuan lho ya, bukan ‘ibuq-ibuq’)
-ramah
Uffft….jawaban yang cukup
membuat tarik nafaas, hempaskan, tariik nafaas lagi, hempaskan lagi
(bukan Sya****i -_-!), dalam hati berdecak ‘banyak juga ya syaratnya’ :D. But,
well, izinkan yang menulis ini menyampaikan beberapa atau secuuuil gambaran
tentang muslimah yang ada di balik batok kepala ini, ekhemm (sebenernya belum
pantes).
Ketika mendengar kata Muslimah, maka yang terlintas adalah nama-nama
wanita LUAR BIASA yang saking luar biasanya hingga di sebutkan dalam kitab
penuh cinta sekaligus panduan hidup, Al-qur’an karim dan hadist-hadist yang tak
akan habis dihitung 10 jari kecil ini, siapakah dia? Adalah Maryam Binti Imran,
yang terkenal dengan kesucian, kesabarannya, kepandaiannya menjaga maruah.
Ada Khadijah Binti Khuwailid, satu-satunya wanita yang begitu beruntung,
kenapa? Sebab beliau adalah satu-satunya wanita yang mendapat salam langsung
dari Rabb seluruh alam, dikarenakan sikap beliau yang begitu penyayang
penerimaan beliau terhadap Rasulullah, menjadi orang pertama yang mempercayai
perihal kenabian Muhammad Saw, yang menyemangati Rasulullah dikala itu. Lanjut,
ada Aisyah Binti Abu Bakar, siapa yang tak kenal dengan nama ini? Sosok
perempuan yang terkenal cerdas, ceria nan manja, sosok yang karena
kecerdasannya mampu melahirkan banyak hadist bahkan di usia 18 tahun!, kemudian
tak lupa dengan sosok putri kesayangan Baginda Muhammad Saw, siapa lagi kalau
bukan Fathimah Az-Zahra binti Muhammad yang bergelar Ummu Abiihaa (Ibu
bagi ayahnya), wanita yang begitu sederhana dan mewarisi sikap-sikap sang Ibu dan
Ayah yang begitu luar biasa, yang juga
mashur melalui kisah cinta dalam diamnya bersama Ali yang bahkan setanpun tak
tahu tentang perasaan mereka, MasyaAllah!. Atau dengan Nusaibah bintu
ka’ab yang terkenal dengan akhwat jago karate yang melindungi Rasulullah
kemanapun beliau bergerak dalam perang.
Itu karakter yang sesuai dengan jenis kelamin yang nulis ya, kemudian
beranjak sedikit saja, namun masih di lahan yang sama, lahan karakter. Ingin
mengambil ibroh dari para Nabi dan sahabat-sahabat di zaman Rasulullah
yang memiliki karakter yang lebih masyaAllah. Sebagaimana yang
diriwayatkan imam Muslim tentang salah satu episode indah tentang perbedaan
karakter Abu Bakar dan Umar. Perbedaan yang membuahkan penyikapan lain terhadap
tawanan perang badar. Tetapi, masyaAllah dengarlah komentar Rasulullah
Saw tentang perbedaan mereka;
“Sesungguhnya Allah melunakkan hati orang-orang tertentu sampai ada yang
lebih lunak dari susu dan Allah mengeraskan hati orang-orang tertentu sampai
ada yang lebih keras dari batu. Sesungguhnya engkau wahai Abu Bakar, bak
Ibrahim yang berkata:
“Barang siapa yang mengikutiku maka ia termasuk ke dalam golonganku,
dan barang siapa yang mendurhakaiku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang” (QS. Ibrahim 36)
Dan Engkau wahai
Umar, tak ubahnya seperti Musa yang berkata:
“.. wahai
Rabb kami, binasakanlah harta benda mereka dan kunci matilah hati mereka karena
mereka tidak beriman hingga mereka menyaksikan siksa yang pedih” (QS.
Yunus; 88).
Disini aku tersenyum, iya senyum,
luar biasa, kan? Ya. Manis sekali rasanya perbedaan sikap dari tiap-tiap insan
yang penuh dengan pembelajaran yang sejatinya bermuara pada satu hal, yaitu
menjalankan islam yang rahmattan lil alamin. Alangkah sunyi dunia jika
semuanya seragam, biarkan semua karunia karakter yang Allah lekatkan pada diri
sendiri.
Oke, see.. kita nggak perlu
maksain diri untuk menjadi orang lain, buat para muslimah yang manis-manis dan
imut dengan jilbabnya, bahwa jilbab itu bukan topeng dan bukan tameng. Kita nggak
perlu mendadak jadi pendiam ketika telah memutuskan berhijab, memaksakan diri
yang kalau di rumah itu ceria dan membahana untuk menjadi seorang yang seperti
tersebut di ciri-ciri sebelumnya, hanya tentu harus ada yang diingat, nggak
semua orang bisa di perlakukan dengan seaseeelinya kita,taukan
maksudnya? Ya. non mahram, lihat sikon juga ya J
“Celupan
warna Allah. Dan siapakah yang lebih baik celupan warnanya dari pada Allah. Dan
padaNya sajalah kami beribadah” (QS. Al-Baqarah 138)