Jumat, 13 Desember 2019

teruntuk hati


Dibanding jadi yang dieluh eluhkan. Harta berlimpah. Bukankah yang lebih kita idam idamkan adalah hidup yang dilimpahi berkah. Dan urusan urusan yang dipermudah.
Bukankah yang lebih diharap harapkan. Hati diberi ketenangan. Dijauhkan dari segala gelisah dan resah. Dari itu, agar tak tersakiti maka jangan menyakiti. Pilihlah diksi diksi bertutur yang menenteramkan hati.
Bukan harta yang menenteramkan. Bukan pujian pula bukan pengakuan. Tapi ridho Allah yang meliputi kehidupan kita yang bisa membuat hati tenang. Menyala semestinya hingga kita bisa berjalan dengan cahaya. Tak redup sebelum tiba ditujuan. Pula tak membakar hingga merusak setiap ikatan.
Tak mesti selalu harus punya, bagi hati yang senantiasa kaya. Tak cukup segala isi dunia bagi hati yang tak cukup Allah saja di sana :')


Rabu, 11 Desember 2019

“Ya Allah,jagalah cinta kami, jadikanlah pasangan hidup dan buah hati kami penyejuk mata dan penyejuk hati,tetapkanlah hati kami dalam keimanan,teguhkanlah kaki kami di jalan kebenaran dan perjuangan,ringankanlah jiwa kami untuk berkorban,maka mudahkanlah perjuangan dan pengorbanan itu dengan rezeki halal dan berkah dariMu”

aamiin...
Kisah Musa a.s berisi jutaan hikmah. Salah satu yang selalu bikin amaze adalah kisah perjalanan pertama Musa a.s ke Madyan. Do'anya singkat, sederhana, namun dalam penih pemaknaan atas ‘hamba’

“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan (makanan) yang Engkau turunkan kepadaku.”

Di tengah payah dan lemah keadaannya, Allah datangkan anak Syu'aib, Allah berdayakan Musa a.s, Allah karuniakan anak Syu'aib sebagai pendamping hidup, dan Allah sempurnakan nikmatnya dengan risalah kenabian.

Dalam payahnya Musa a.s menunjukkan kualitasnya sebagai hamba. Bahwa ia tidak meminta apa yang ia inginkan, karena ia tahu bahwa Allah lebih tahu tentang apa yg ia butuhkan. Ia merendah, menyerahkan segala keperluan kepada Dzat yang mengatur segalanya.

Dari Musa a.s kita belajar, bahwa puncak penghambaan adalah percaya. Percaya bahwa kapasitas kita bukanlah utk menentukan apa yang baik menurut kita, tapi utk mempercayakan kebaikan seutuhnya kepada Yang Maha Baik. Bahwa menjadi hamba seutuhnya hanya akan menambah kebaikan seluruhnya.

Senin, 02 September 2019

Surga dunia

“Di dunia itu terdapat surga. Barangsiapa yang tidak memasukinya, maka dia tidak akan memperoleh surga akhirat.” Demikian ujar Ibnu Taimiyah rahimahullahu Ta’ala.


Dunia, di tanah yang kita pijak ini—suka dan duka jaraknya begitu dekat. Datang silih berganti seolah bergulir dari tegukan pertama, kedua, ketiga lalu disusul tegukan-tegukan berikutnya.


Maka berbahagialah mereka, yang mampu menemukan surga di dalam dunia yang kesenangannya hanya sekedipan mata. Mereka yang tidak hilang syukurnya meski musibah datang bertubi-tubi menimpa.


Jiwanya telah terlebih dahulu jatuh cinta kepada Allah, prasangkanya, lisannya…


“Surga dunia..” Terang Ibnul Qayyim rahimahullahu, “..adalah dengan engkau mencintai Allah, mengenal Allah, senantiasa mengingat Allah..”


“…merasa tenang dan thuma’ninah ketika bermunajat kepada-Nya. Menjadikan kecintaan hakiki hanya untuk-Nya, memiliki rasa takut namun dibarengi pengharapan seutuhnya kepada-Nya. Senantiasa bertawakkal kepada-Nya, dan hanya menyerahkan segala urusan kepada-Nya.” Demikianlah, beliau rahimahullahu Ta’ala menjelaskan.


Maka… tersebutlah surga dunia.


…sudahkah kita memasukinya? Sudahkah kita saling mengingatkan untuk meraihnya? Diriku, terutama. Pahamilah, bahwa kedipan matamu itu tak akan pernah lebih lama jika dibandingkan dengan terpejamnya matamu, nantinya.


Mari menua bersama, dan engkau selalu menjawab, “hanya sampai tua?”


Tidak! Tentu saja.


Bersamamu, adalah upayaku untuk menggapai Ridho tertinggi dari-Nya. Bersamamu, adalah karunia terindah dari-Nya.


Hingga pada akhirnya nanti.. waktu akan berlalu sedemikian cepat tak terasa, hingga masing-masing dari kita harus meninggalkan atau ditinggalkan.


Maka kemudian, ketika kita telah sampai di jannah-Nya, kita mendapatkan Allah menepati janjiNya. Bahwa surga, adalah tempat bertemunya kembali hamba-hamba yang saling mencintai karena-Nya.


Maa syaa Allah.. maka sungguh, betapa beruntungnya mereka yang benci dan cintanya terhadap sesuatu adalah semata-mata karena Allah♡


Jumat, 30 Agustus 2019

Di satu pagi yang cerah, setelah mengantar Pak Suami ke sekolah.
“Kak, Adek berangkat ya?”
“Iya, hati-hati di jalan.”
“nggih.. 😁”
“Jas hujannya ada di dalam jok ya, Dek.”
“Oke!”
“Itu bensinnya tinggal sedikit, nanti beli ya.”
“Oke!”
“Ntar kalau ada apa-apa bilang.”
“syiaaaaappp"
“Sudah tahu kan jalannya? Inget-inget, ikutin jalan aja, nanti ketemu gerbang belok kanan, terus belok kiri  sampai ketemu bundaran,  Kaya yang tadi Kakak tunjukin.”
“mmm…”
“Kalau nyasar nanti langsung telpon.”
“Oke!”
“Itu helmnya sudah dikunci kan?.”
“hehehe.. Aamaan
“pamit dulu Assalamu’alaikum!”

Ternyata, I Love You banyak sinonimnya. :') 

Ya Allah, jadikanlah kami manusia yang selalu takut akan neraka-Mu. Aku takut menjadi seperti manusia kebanyakan, yang nampak tak peduli tentang jadi apa setelah mati nanti.


Hal yang paling kusukai dari berdoa adalah, doa bisa melapangkan hatiku. Terkabul atau tidak, setidaknya aku lega Allah selalu ada mendengarku :)


Membangun visi misi keluarga itu berangkat dari memilih pasangan hidup.

Libatkan Allah terus, minta Allah untuk menuntun. Bersegera, tapi jangan tergesa. Pilihlah yang memiliki nilai dan prinsip yang tak berseberangan secara fundamental denganmu, apapun itu, yang menjadi peganganmu.
Sholeh/ah itu luas. Peranan yang mau diambil untuk berusaha menjadi alim atau takwa itu banyak. Yang wajib adalah wajib. Sisanya soal pemikiran, kedewasaan, karakter, keluarga besarnya, pekerjaan, dan lain-lain takarlah di takaran yang sekiranya bisa kita tolerir. Sesuai kemampuanmu menerima.
Bertanyalah saat proses, pelajari dirinya dari caranya memerlakukan keluarganya atau anak kecil, periksa hubungannya dengan teman dekatnya. Ikhtiar ini, bisa kita optimalkan.
Ini nasihat, buat teman-teman yang sedang berproses. Selanjutnya, sejak awal hingga akhir bertawakkallah kepada Allah..
Ingat, jangan dicari kesempurnaan itu. Tak bakal kamu temukan pun sampai habis daya kamu mencarinya.
Ingat-ingatlah, menikah ini ajang beribadah. Kalaupun kamu punya sedikit petunjuk tentang dia dari usahamu mencari, mengorek, sedang sudah istikharah, direstui, dan memiliki kemantapan hati, maka…selama kamu libatkan Allah dan restu kedua orangtuamu, Allah nanti yang akan menuntunmu dengan caraNya.
Berumahtangga itu tak mudah, tapi dengan kuasaNya, pasti kita sanggup melaluinya.

Minggu, 25 Agustus 2019

Bahagia

Ada sebagian orang—yang untuk—merasa bahagia, mereka harus pergi ke luar kota. Dan sebagian yang lain, bahagia, bagi mereka, “…sederhana.”
“Bahagia itu disini,” menepuk dadanya. “Jiwa yang mengenal Allah, jiwa yang menghamba dengan sepenuhnya kepada Allah.” Barangkali, demikianlah yang akan dikatakan orang-orang yang mampu merasakan bahagia dengan sederhana. Maa syaa Allah..
Untuk bahagia, kita kira sejauh apakah kaki harus melangkah? Sedangkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullahu Ta’ala pernah berkata ketika berada di dalam penjara, “Seandainya benteng ini dipenuhi dengan emas, tidak ada yang bisa menandingi kenikmatanku berada di sini.”
Jiwa-jiwa yang tetap merasa tenang, jiwa-jiwa yang tetap teguh dalam pendirian. Jiwa yang bersabar, jiwa yang ikhlas, jiwa yang jujur, jiwa yang setelah maksiatnya segera kembali dan bertaubat kepada Rabb-nya.
Merekalah, yang memiliki kebahagiaan yang sejati. Bahagia yang tidak harus dicari lagi, bahagia yang tidak akan meninggalkannya pergi. Bahagia yang tidak membutuhkan harta untuk dibeli.
Orang-orang seperti ini, dengan melihatnya saja akan menumbuhkan getaran di dalam hati. Seolah bahagianya terpancar, menular.. Maa syaa Allah, laa quwwata illa billah..
“Seandainya,..” Demikian ujar seorang salaf, “..seandainya para raja dan pangeran itu mengetahui kenikmatan yang ada di hati kami ini, tentu mereka akan menyiksa kami dengan pedang.”

Senin, 22 Juli 2019

“Jika Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, mengapa Allah menciptakan Neraka?”

“Jika Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang, mengapa Allah menciptakan Neraka?”
Pertanyaan diatas adalah pertanyaan yang sering saya dapatkan dari orang yang belum mengenal dirinya, untuk apa ia diciptakan dan belum “mengenal” Siapa Penciptanya.
Jawabannya, Allah Ta'ala menciptakan neraka, bukan berarti Dia benci ataupun zhalim kepada hamba-Nya, justru itu sebagai salah satu tanda bukti Maha Adilnya dan tanda Allah Maha Penyayang.
Kenapa?
Karena manusia butuh diatur dan dijaga dari ketidakmampuannya dalam mengenal kebebasan. Orang-orang beriman tahu bahwa ada rahmat dan azab, dan seseorang hanya mendapatkan salah satu darinya (entah itu rahmat atau azab). Jadi, dia akan berusaha untuk menjauhkan dirinya dari azab Allah dan mendekatkan dirinya menuju rahmat dan kasih sayang-Nya, dengan berusaha menjauhi perbuatan-perbuatan buruk ataupun zhalim dan sesat.
Orang yang beriman mematuhi batasan-batasan Allah Azza Wa Jalla, menjauhi larangan-Nya, dan mencari ridha Allah dengan sebaik mungkin. Dia tahu bahwa hal ini akan menyelamatkan dirinya dari azab Allah di akhirat.
Sekarang saya ingin bertanya, adilkah Allah apabila Dia membiarkan manusia begitu saja, melakukan kemaksiatan, kejahatan kepada sesama dan apapun yang mereka mau tanpa adanya “balasan” berupa siksa neraka jika tidak bertaubat sebelum ajal menjemput?
Lalu semua masuk Surga, baik yang taat maupun yang tidak?
Allah Ta'ala dibanyak ayat selalu menyatakan bahwa sebaik-baik orang yang berdosa adalah bersegera bertaubat, agar ia mendapatkan ampunan dan rahmat-Nya. Tiada lain agar manusia hidup dengan “teratur”, karena manusia tentu tidaklah sama dengan binatang, yang hawa nafsu dan syahwatnya dibiarkan tanpa penjagaan dan tanpa aturan.
Tidak terbayang jika Allah Ta'ala tidak menciptakan neraka, manusia sebejat apapun bebas dari hukuman. Tuhan seperti itukah yang dirimu mau?
Hal ini juga ditegaskan-Nya dalam Al-Qur'an
وَمَا أَنَا بِظَلاَّمٍ لِلْعَبِيْدِ
“Dan Aku tiadalah akan melakukan kezhaliman kepada hamba-hamba-Ku.” (QS. Qaf :29)
Laa hawla wala quwwata Illa billah. Wallahu waliyyut taufiq.

Ujian Perasaan

Kita semakin tumbuh dari hal-hal yang membuat kita patah. Kita semakin bijaksana dari apa-apa yang membuat kita kecewa. Dan kita semakin kuat dari kejadian yang membuat kita lemah. Bersabarlah, kita diuji untuk menjadi lebih baik.
Setiap sedih dan kecewamu tidak meminta untuk dipahami saat ini. Terkadang ia hanya ingin diakui dan diterima keadaannya.
Bersabarlah, meski bebanmu sekarang terasa sangat berat. Jangan dulu menyerah meski kamu sudah tidak mengerti apa yang harus kamu lakukan.
Bertahanlah sejenak, meski menahan perasaan membuat dadamu terasa semakin sesak. Teruslah berjalan meski langkahmu sudah terasa sangat perih.
Kelak suatu hari nanti kamu mampu melihat jalan ceritamu dengan utuh dan lebih jernih. Bersama rasa syukurmu terhadap setiap rencanaNya menyelamatkanmu.

Jumat, 05 Juli 2019

Tiap-tiap dari kita memang punya bab rahasia yang jalan ceritanya hanya kita sendirilah yang tahu. Bab rahasia, yang juga tersimpan di ruang rahasia yang hanya kita sendiri yang tau letaknya. Selamat menyimpan lebih banyak rahasia, Aku.


Bandingkan Aset Djarum, Sampoerna dengan Gontor dan Muhammadiyah ?



Anda kagum dengan aset Djarum, Sampoerna, dll? Izinkan saya menyampaikan sesuatu.
64 tahun yang lalu, setelah Buya Hamka bekerjasama dengan Yayasan Al-Azhar Indonesia, kini telah memiliki 150 cabang masjid di Indonesia, belum lagi aset sekolah-sekolahnya: sekarang hampir di tiap provinsi ada Sekolah Al-Azhar. Siapa orang kaya di Indonesia, yang asetnya sebanyak dan semanfaat Al-Azhar?
90 tahun yang lalu setelah sang kiai menyerahkan seluruh tanahnya, dirinya, bahkan anaknya yang masih dalam kandungan, diwakafkan untuk agamanya, 90 tahun kemudian GONTOR punya 20 cabang dan 400 pondok alumni tersebar di seantero nusantara bahkan ada yang di luar negeri. Saya tidak tahu berapa ratus triliun asetnya. Bermula dari tiga orang bersaudara. Sebutkan kepada saya, orang Indonesia dari penjajahan hingga sekarang, yang asetnya sebanyak beliau? Baik secara nilai aset maupun secara manfaat.
Muhammadiyah? Jangan ditanya. 104 tahun yang lalu. KH, Ahmad Dahlan pernah keluar rumah, mengumumkan kepada semua orang, siapa saja yang mau membeli seluruh perabotan yang ada di dalam rumahnya, karena beliau kekurangan dana untuk menggaji guru-guru sekolah Muhammadiyah.
Kini, 104 tahun kemudian Muhammadiyah telah memiliki 10.000 lebih sekolah mulai dari PAUD hingga SMU, 170 lebih universitas, 104 rumah sakit, yang pemerintah Indonesia baru punya 48 rumah sakit vertikal, 300 klinik, 10 Fakultas Kedokteran, 700 dokter dikeluarkan setiap tahunnya. Dan hampir 1000 Triliun nilai aset Muhammadiyah yang baru bisa terhitung dalam bentuk barang dan masih banyak lagi yang tidak terhitung. Maaf, saya belum update data terbaru amal usaha yang dimiliki ormas ini
NU? Ia sangat mengakar dan berbasis pada pesantren. Jangan tanya jumlah, karena yang pasti sudah tidak bisa dihitung lagi, meskipun data di Kemenag ada sekitar 27 ribu pesantren. Tapi, saya yakin lebih dari jumlah itu. Hampir semuanya tumbuh kembang dari wakaf-wakaf umat, mulai dari wakaf tanah 1 m, hingga ratusan hektar.
NU pun sejak satu dasawarsa terakhir ini giat membangun sekolah-sekolah modern, rumah sakit dan perguruan tinggi. Saya yakin dalam 20 tahun mendatang akan tumbuh ratusan perguruan tinggi dan rumah sakit NU di tanah air. Belum lagi jika kita bicara masjid-masjid yang dikelola ormas Islam yang didirikan oleh Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asyari ini, berapa nilai asetnya? Yang pasti akan fantastis.
Ada satu contoh lagi yang perlu kusebutkan di sini: Pesantren Darunnajah Jakarta, salah satu pondok alumni Gontor yang moncer. Baru-baru ini, dalam rangka miladnya yang ke-54 ia kembali mewakafkan tanah seluas 602 ha atau senilai Rp. 1,6 Triliun. Sebutkan padaku, siapa yang berani melepas asetnya sebesar 1,6 T dan diwakafkan pada umat? Gila? Tidak! Aku bahkan menyebutkan sangat waras! Saat banyak orang kaya menghamburkan triliunan rupiah untuk judi dan politik, sebuah pesantren berusia 54 tahun kembali mewakafkan angka yang fantastis.
Tahun 2015, aset tanah wakaf Darunnajah mencapai 677,5 hektar yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia seperti di Riau, Kalimantan, Bandung, Jakarta, Bogor, Banten, Lampung, Bengkulu, dan lain-lain. Seperti induknya, Gontor yang tanah wakafnya telah mencapai ribuan hektar, dan juga mengelola unit usaha yang beragam.
Woouw, pesantren seperti perusahaan ya. Asetnya fantastis. Bedanya, pesantren berasal dari wakaf, perusahaan dari modal. Kalau begitu, berarti umat Islam ini umat yang besar dan kaya dong? Betul sekali! Yang luar biasa dengan aset yang fantastis itu, kiai pendiri, pengasuh dan keluarganya tidak memiliki satu sen pun, karena telah diwakafkan. Ada garis tegas pemisahan harta pribadi dengan harta pondok.
Maka, jangan under-estimate, bahwa pesantren tidak bisa apa-apa. Itu penilaian orang yang tidak paham, atau memang tidak mau paham.
Tazakka, 6 tahun yang lalu hanyalah hamparan tanah kosong yang tak berpenghuni. Dulu, ia adalah sebuah kebun cengkeh milik kakekku, hanya 1,6 ha luasnya yang setelah wafatnya pada 1988 nyaris tak terurus dengan baik. Tahun 2009, aku tekadkan untuk mengubahnya menjadi “kebun manusia”; bukan lagi cengkeh yang akan dipetik, tapi manusia-manusia masa depan yang akan dipanen, 10, 20, atau 30 tahun yang akan datang, bahkan, ya Rabb, mungkin satu abad, atau 10 abad seperti Universitas Al-Azhar di Kairo itu, tempatku dan adik-adikku nyantri.
Kini, wakaf Tazakka terus berkembang: tanah telah menjadi hampir 10 ha, masjid, gedung-gedung asrama santri, ruang-ruang kelas, aula pertemuan, dapur umum santri, kamar mandi, lapangan olah raga, perpustakaan, dan lain sebagainya. Ya Rabb, bisakah seperti Al-Azhar di Kairo, atau Gontor di Ponorogo? Ya Rabb. Entah, apakah aku masih hidup menyaksikannya ataukah aku telah tenang di alam kubur. Ya Rabb.
Buya Hamka seandainya masih hidup, KH. Ahmad Dahlan, KH. Hasyim Asyari dan juga Kiai Ahmad Sahal, Kiai Fannanie dan Kiai Imam Zarkasyi, mungkin tidak pusing dengan tax amnesty, karena mereka punya rekening gendut di akhirat dan di dunia, biasa-biasa saja. Sementara yang punya rekening gendut di dunia, pusing di akhiratnya, pusing pula di dunianya.
Seperti yang saya ketahui ada sebuah Hadis Nabi yang intinya: “Ada malaikat Allah yang siap mendoakan orang-orang yang ikhlas di jalan Allah yang tak terhitung jumlahnya.”
Itulah jalan kemuliaan para ulama kita terdahulu. Mereka tidak saja mewariskan nilai-nilai kehidupan, tetapi juga mewariskan peradaban. Lalu, pertanyaannya, apa yang sedang dan akan wariskan kepada generasi yang akan datang?
Maka, para ulama kita itu abadi hingga kini. Setidaknya, nama, foto dan silsilahnya masih segar di ingatan seluruh umat dan bangsa ini. Dengan begitu, mereka selalu didoakan. Duh, nikmatnya mereka, tiap saat kuburnya basah dan _jembar_ (lapang) karena kiriman doa-doa umatnya yang terus-menerus tiada henti. Bisakah kita kelak seperti mereka? Ya Rabb!
Itulah jalan wakaf, membentang ke depan tak berujung. Wakaf itu seperti –meminjam istilah Taufik Ismail– “Sajadah Panjang”, tempat kita menghamparkan diri berinvestasi untuk akhirat yang abadi. Harta yang kita wakafkan tidak hilang, tapi tersimpan dalam rekening akhirat. Ibarat sebuah transaksi di bank, para malaikat itulah yang bertugas sebagai teller-tellernya.
(Ust. Ihsan Zainuddin Lc MS.i).

Rabu, 03 Juli 2019

Rezeki dan Ujian Keimanan


“saat orang seusia kita udah kerja, bisa punya duit sendiri, ngasih sebagiannya buat keluarga, kita masih gini gini aja. Masih sekolah, ngurusin IPK, ujian ga kelar-kelar, jodoh yang belum datang.” ujar seorang sahabat baikku sore ini, selepas kami berbuka seusai mengejar deadline puasa Syawwal yang jatuh tempo hari ini.
Aku tertawa pelan, “ujian keimanan ini namanya Bos. Bukannya belum kerja aja ALLAH masih terus kasih kita rezeki? Bisa makan ini itu, bisa belajar.” dan kalimatku pun berhenti disini.
Malam ini aku merenung, sebelum jatuh dalam tidur lelap. Betapa memang Rezeki itu Kuasa ALLAH. Bahkan besok lusa jikapun sudah bekerja dan dari kerja itu kita mendapat rezeki berupa gaji, rasa rasanya terlalu sombong bila kita mengatakan bahwa rezeki itu bersebab kerja keras kita.
Maka persoalan rezeki, selayaknya ujian keimanan bagi diri saya sendiri. ALLAH Sang Maha Pemberi, telah memberikan begitu banyak nikmat-Nya. Dan semoga semua rezeki yang ALLAH berikan menjadi sebab pintu kebaikan demi kebaikan terbuka untuk kita lakukan menjadi amal sholeh. Aamiin…
Jangan risau, soal rezeki, ALLAH yang sudah jamin.
Semoga risaunya kita, menjadi risau tentang amal apa yang ALLAH ingin kita lakukan.
Semoga risaunya kita, adalah tentang kebaikan apa yang ingin kita haturkan yang terbaik untuk ALLAH atas segala nikmat yang telah kita terima.
Semoga risaunya kita, adalah menjadi sebaik baik hamba di mata ALLAH…aamiin…

Kamis, 20 Juni 2019

Mendidik Fitrah Keimanan


Oleh Ustadz Harry Santosa
Fitrah adalah Islamic Concept of Human Nature (konsep Islam ttg Asal Mula Kejadian Manusia).
*Sejak lahir manusia telah membawa pokok kebaikan (innate goodness) yang sangat cukup untuk menjalani peran peradaban spesifiknya dalam rangka mencapai maksud penciptaan untuk Beribadah (Hamba Allah) dan untuk menjadi Khalifah Allah di muka bumi.*
Diantara aspek fitrah adalah kecenderungan manusia untuk beriman atau bertuhan, yang disebut fitrah keimanan.
Fitrah keimanan bahkan telah diinstal sejak di alam rahiem (QS 7:172) dalam bentuk persaksian Allah sebagai Robb (kholiqon-pencipta, roziqon-pemberi rezqi, malikan-pemilik/pemelihara dstnya).
Instalasi persaksian ini kemudian muncul dalam kenyataan bahwa tiap bayi lahir menangis. Para ulama mengatakan bahwa bayi menangis karena “seeking Allah” atau mencari Allah, dalam hal ini adalah Robb.
Itulah mengapa menyusui diwajibkan karena sebagai bentuk penguatan dan perawatan syahadah Rubbubiyatullah.
Dalam pemberian ASI, sang bayi merasakan adanya Zat yang memberi rizqi, melindungi, merawat, menyayangi dstnya.
Perihal syahadah Rubbubiyatullah ini juga nampak pada perihidup bangsa bangsa, bahwa tiada satu sukupun di muka bumi yang tidak ada tempat untuk sujud kepada Tuhan.
Atheisme sendiri baru dikenal manusia pada Abad 18an sebagai bentuk penolakan terhadap penindasan Raja Diktator dan Gereja. AlQuran bahkan menyebut bahwa Kafir Quraisy sekalipun mengakui Tauhid Rubbubiyatullah. “Jika ditanyakan kpd mereka siapa yang menciptakan langit dan bumi, maka mereka menjawab Allah”.
Karenanya dalam hadits ttg Fitrah, dikatakan bahwa _*“setiap anak lahir dalam keadaan fitrah, orangtuanyalah yang merubahnya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi”*_ , namun dalam hadits ini tidak dikatakan merubahnya menjadi Muslim.
Mengapa?
Karena setiap bayi sudah lahir dalam keadaan Islam.
🌿 *Lalu bagaimana Mendidik Fitrah Keimanan?*
Mendidik fitrah keimanan, tentu bertahap sesuai tahapan usia.
🌸 *Usia 0-2 tahun.*
Ini tahap penguatan fitrah keimanan dengan memberikan ASI secara eksklusif, menghadirkan hati, perhatian, sentuhan, pandangan dsbnya ketika menyusui. Inilah tahap penguatan awal Tauhid Rubbubiyatullah.
*🌸Usia 3-6 tahun.*
Ini tahap merawat fitrah keimanan dengan membangun imaji imaji keindahan ttg Allah, ttg Rasulullah SAW, ttg Islam dan kebaikan lainnya sehingga melahirkan kesan dan cinta yang mendalam. Cinta sebelum Islam, Iman sebelum Amal.
*Dilarang merusak imaji imaji anak di usia ini ttg indahnya alHaq*. Para ulama meminta untuk menunda menceritakan ttg neraka, perang akhir zaman, Dajjal, qiyamat dstnya, sampai benar benar fitrahnya kuat di usia 7 tahun ke atas.
*Dilarang mendidik adab dengan memaksa, menyakitkan hatinya,* dstnya, agar tidak malah membenci adab.
Namun upayakanlah adab berkesan indah. Jadi tahap ini sepenuhnya full cinta namun tidak memperturutkan yang tidak baik.
Ceritakanlah hal hal indah yang membuat ananda sangat tergugah, berkesan mendalam dan antusias pada kebenaran. Suasanakanlah keshalihan dalam setiap momen dan kesempatan tanpa terasa dan formal.
Ini tahap emas untuk mengenalkan Allah, Rasulullah SAW dan kebaikan kebaikan Islam. Anak sedang pada puncak imaji dan abstraksinya, alam bawah sadarnya masih terbuka lebar, maka mengenalkan apapun ttg kebaikan apalagi dengan cara berkesan akan masuk ke dalam alam bawah sadarnya dan menguatkan fitrahnya. Penting mengkontekskan semua peristiwa baik dengan Allah dalam setiap kesempatan.
*Teladankan kebaikan tanpa pasang target untuk segera diikuti.* Hindari semua bentuk formal dan penerapan disiplin yang membuatnya jadi membenci kebaikan itu sendiri.
*Ingat bahwa sholat baru diperintah saat usia 7 tahun, jadi di bawah 7 tahun sholat diimajikan indah bukan dipaksa tertib gerakan, tertib bacaan, tertib waktu.*
Misalnya penting setiap azan berkumandang, wajah bunda menjadi sumringah dan tersenyum seindah mungkin, bahkan memeluk dan mengucapkan kata kata indah di telinga ananda.
Dahulukan amar ma'ruf daripada nahi munkar. Misalnya jika ananda naik ke atas meja, katakan saja “nak meja untuk makan, kaki untuk ke masjid atau ke taman” daripada panik dan menyebut keburukan.
Diharapkan pada fase ini anak sudah antusias mengenal dan menyebut nama Allah di usia 3 tahun. Nanti di usia 7 tahun, diharapkan ketika kita mengatakan, _“nak, sholat itu diperintah oleh Allah lho…”_ maka ananda menerima perintah Sholat dengan suka cita.
“`Usia 0-6 tahun adalah masa emas bagi mendidik fitrah keimanan, dengan menguatkan konsep Allah sbg Robb, melalui imaji imaji indah yang melahirkan kecintaan kpd Allah, Rasulullah SAW, Islam.”`
Metodenya adalah keteladanan dan suasana keshalihan yang berkesan mendalam.
*🌸Usia 7-10 tahun.*
Ini adalah tahap menumbuhkan dan menyadarkan Tauhid Mulkiyatullah.
Pada tahap ini ananda sedang sangat kritis (fitrah belajar dan bernalar pada puncaknya), mereka juga mulai bergeser dari ego sentris ke sosio sentris, mereka mulai memahami adanya keteraturan di alam dan di kehidupan.
Inilah tahap yang tepat untuk menumbuhkan dan menyadarkan bahwa Allah-lah Sang Maha Pengatur, Sang Maha Pembuat Hukum, Zat Yang harus ditaaati.
Fitrah keimanannya ditumbuhkan dengan membaca alam dan mentadaburi keteraturan ciptaan Allah di alam semesta.
Fitrah keimanan tumbuh baik dengan menginteraksikannya pada kenyataan adanya keteraturan yang indah dan sempurna alam semesta. Keimanannnya mulai berbunga menjadi keinginan kuat memahami keteraturan itu dan mencintai Sang Maha Pengaturnya. Keimanan tidak bisa lagi lewat kisah kisah menjelang tidur, namun harus dialami langsung dengan interaksi di alam.
*🌸Usia 11-14 tahun.*
Ini tahap mendidik fitrah keimanan untuk Tauhid Uluhiyatullah. Metodenya adalah mengokohkan fitrah keimanan melalui ujian ujian kehidupan sehingga mennjadi kebutuhan. Iman itu perlu diuji bukan lagi dikisahkan atau diinteraksikan, tetapi melalui beban beban kehidupan dalam batas kesanggupannya. Ingat bahwa fitrah keimanan bukan bicara seberapa banyak ilmu agama yang direkam di benak, namun bicara seberapa banyak anak mengokohkan keimananannya melalui cinta yang mendalam pada alHaq.
Pada tahap ini, memberikan anak kesempatan untuk merantau yang tidak terlalu jauh, berbisnis kecil kecilan, memberi investasi, memagangkan pada maestro, melibatkan pada aktifitas dakwah dll. Maka kita akan lihat, bagaimana fitrah keimanannya diuji dalam kehidupan.
Rasulullah SAW memulai magang berdagang bersama pamannya dan merantau ke Syams sejak usia 11-12 tahun. Maka kita lihat Rasulullah SAW piawai di dakwah dan piawai di pasar.
Dalam ujian ujian kehidupan itu mereka akan menyadari butuhnya sholat malam, butuhnya panduan alQuran dan alHadits, butuhnya memperbaiki misi hidup sesuai yang Allah kehendaki dstnya.
*🌸> 15 tahun.*
Peran Peradaban atas Tumbuhnya Fitrah Keimanan
Fitrah Keimanan yang tumbuh paripurna akan berujung kepada peran peradaban berupa ghairah dan antusias Menyeru Kepada Tauhidullah. Inilah adab tertinggi kepada Allah sebagaimana yang ditugaskan kepada para Nabiyullah Alaihimusalaam sepanjang sejarah.
*Salam Pendidikan Peradaban*
#fitrahbasededucation
#pendidikanberbasisfitrah dan akhlak

Komunikasi efektif dalam keluarga


💐Notulensi Kajian Parenting 💐
*Komunikasi Efektif dalam Keluarga*
Narsum: dr. Aisyah Dahlan
🕌 Aula Masjid Al-Huda, Komplek Timah – Cimanggis, Depok
🧕dr. Aisyah Dahlan adalah seorang dokter yang juga “drug counselor”, belajar mengenai penanganan narkoba di Malaysia. Sejak tahun 1997, ia menangani pasien dengan masalah narkoba, selanjutnya berkembang menangani HIV-AIDS, LGBT. Berdasarkan pengalamannya tersebut, ia meihat *sangat penting membangun rumah yang aman dan nyaman*.
Untuk membuat rumah menjadi nyaman, *perbanyak senyum* 😊 Senyum yang dilakukan dengan _menarik sudut bibir ke samping secara seimbang dan ditahan selama 7 detik_, akan merangsang keluarnya hormon dopamine.
Agar bisa sering tersenyum, kendalikan emosi. Wanita biasanya 2-3 hari sebelum menstruasi, cenderung mudah marah. Cara cepat mengendalikan marah: _tarik nafas panjang melalui hidung, hembuskan melalui mulut._
Semakin baik jika diiring istighfar. Saat mengucapkan _astaghfirullaah al-adziim_, kita mengeluarkan karbondioksida dan akan langsung menghirup oksigen. Berdasarkan riset, oksigen yang dihirup setelah istighfar, sebanyak 5 Liter. Sedangkan saat bernafas biasa, kita menghirup oksigen sebanyak 1 L. *Perlu diingat*: ucapkan istighfar dengan _muka cantik_ (tersenyum). Jika disampaikan dengan “muka jelek” (mimik galak, mata melotot), anak mungkin akan trauma dengan kalimat thoyyibah (diceritakan pasien dr. Aisyah yang trauma saat mendengar istighfar, karena ingat wajah galak ibunya yang menegur sambil istighfar).
Perlu diwaspadai musuh yang mengintai: narkoba, sex bebas, AIDS, LGBT, bully.
Dihadirkan 3 mantan pecandu: Adl (perempuan), Rz dan Dst (laki-laki).
Rz dikenalkan narkoba oleh abang kandung saat kls 6 SD karena ia sering menangis sehingga diberi ganja. Adl dikenalkan narkoba oleh teman perempuannya di pesantren saat SMA. Sedangkan Dst pertama kali kenal narkoba saat kelas 5 SD dari kakak kelasnya (kls 6 SD).
Pada kelas 5-6 SD, anak-anak cenderung “galau” karena masa awal pubertas, dikenal sebagai : “fase pancaroba”. Ditambah lagi stres menjelang ujian nasional. *Orang tua perlu memahami gejolak emosi anak.*
Salah satu faktor utama yang ditemui dari pasien narkoba adalah adalah *hubungan yang kurang/ tidak dekat dengan orangtua*. Adl merasa tidak dekat dengan ortu karena merasa ayahnya galak dan ibu cerewat. Rz jarang di rumah karena ayah dan ibu sering berantem di depan anak-anak, sehingga ia merasa kesal sekaligus sedih. Dst menceritakan pernah ketauan ortu saat pakai narkoba, tapi tidak dimarahi. Hubungan dengan ortu sebelumnya biasa saja, setelah pakai narkoba jadi menjauh.
Pemakaian narkoba akan merusak sel otak secara permanen (dibuktikan melalui MRI). Namun Allah ciptakan sel otak yang banyak, 100 milyar. Bahkan jika usia manusia hidup 100 tahun, belum akan terisi semua sel otak manusia. Sehingga penanganan narkoba bertujuan untuk memberi masukan/ pembelajaran baru pada sel otak yang masih sehat.
Yang pertama kali dirusak oleh narkoba dan LGBT adalah otak bagian dalam, yaitu otak emosi (sistem limbik). Seluruh mamalia Allah berikan otak emosi sehingga bisa marah, sedih, tersingung, juga gembira.
Otak dibagi menjadi 2 belahan, otak belahan kanan dan kiri dengan cara kerja yang menyilang. Belahan kanaan mengatur gerakan organ tubuh sebelah kiri dan sebaliknya. ( _jadi kalau ada orang yang bilang otak miring, jangan marah… karena memang betul_ 😛)
Para mantan pecandu mengakui bahwa pada fase awal kehidupannya, mereka diajarkan sholat, ngaji tapi tidak diajarkan pengetahuan tentang narkoba (jenis apa, ciri-ciri apa). Diajarkan babi haram, tapi tidak disampaikan bahwa narkoba haram. *Perlu mengajarkan tentang bahaya narkoba, tapi harus mengkomunikasikan dengan tepat*, bedakan cara berbicara dengan anak laki-laki dan anak perempuan. Perlu *mengenali perbedaan otak anak laki-laki dan anak perempuan*:
1. Pusat program bahasa dan bicara, pada laki-laki hanya ada di belahan otak sebelah kiri sedangkan pada perempuan ada di belahan otak sebelah kiri dan kanan depan. Karenanya perempuan lebih banyak bicara dan bisa bekerja sambil terus bicara.
 Dalam sehari, laki-laki mengeluarkan kata-kata sebanyak rata-rata 7000 kata. Laki-laki yang pendiam mengeluarkan 5000 kata dan laki-laki yang senang bicara mengeluarkan 9000 kata. Sedangkan perempuan mengeluarkan rata-rata 20.000 kata/ hari. Perempuan yang pendiam mengeluarkan 18.000 kata dan perempuan yang senang bicara mengeluarkan 24.000 kata. Jika perempuan mengeluarkan kurang dari 16.000 kata dalam sehari, biasanya akan sulit untuk tidur pada malam harinya. Cara untuk menyalurkan 20.000 kata dalam sehari: tilawah dan dzikr.
 Pantang untuk menasehati anak laki-laki di malam hari karena mungkin sudah habis 7000 kata di sekolah. Begitupun dengan bapak-bapak, jangan kesal jika mengajak bicara suami bicara di malam hari dan hanya dijawab “ehm” (7000 kata sudah habis di kantor :D). Paling ideal, seminggu sekali jalan bersama suami di siang hari dan mengobrol di saat tsb. Banyak orang yang belum paham mengatakan: _“kalau di kantor banyak omong, kalau di rumah diam.”_ Jika tidak bisa mengagendakan ngobrol seminggu sekali, bersabar tunggu suami pensiun, nanti 70.000 kata akan buat istrinya di rumah, hehe
 Begitupun saat menyapa anak sepulang sekolah, akan berbeda respon anak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki akan menjawab sekedarnya, anak perempuan akan bercerita banyak. _Tips: 1x dalam sebulan, jemput anak laki-laki sepulang sekolah dan ajak makan_🍜🍦🧁 (pantang menasehati saat anak dalam keadaan lapar). dr. Aisyah menjadwalkan sesuai tanggal lahir anak-anaknya. Saat anak sudah makan, barulah masukkan nasehat atau berdiskusi atau menyampaikan aturan. Biasanya kedua menjadi lebih siap dan lebih mudah bernegosiasi.
2. Otak perempuan tersusun untuk bereaksi pada orang dan wajah-wajah, sedangkan otak laki-laki bereaksi (senang) pada benda dan bentuknya serta menggerakkannya.
 Saat berbicara dengan anak perempuan, lihat wajahnya.
 Jika anak laki-laki tidak melihat wajah saat ortu mengajak bicara, bukan membangkang tapi karena benda lebih menarik baginya. Begitupun dengan suami, akan merespon istrinya sekedarnya saat sedang menggunakan gadget. (kalau mau tanya suami: “aku sudah cantik belum?” kirim foto sehingga dapat suami merespon dengan baik karena melihatnya melalui “benda”?) 😂
 Jika bicara dengan anak laki-laki, jangan memaksa untuk melihat mata kita. (perempuan berbicara dengan kontak mata, laki-laki kurang menyukai kontak mata).
3. Perempuan memiliki sudut pandang yang luas, sedangkan laki-laki memiliki sudut pandang yang sempit tapi panjang ke depan.
 saat berbicara dengan laki-laki, ajukan topik satu per satu karena tidak bisa langsung berbarengan dengan beragam topik.
 Suami dapat melihat jarak jauh (mata pemburu). Maka percayakan sepenuhnya saat suami menyetir, karena ia lebih bisa melihat jauh ke depan ( _biasanya para istri bawel: awas..ati-ati.._)
 Laki-laki biasanya kesulitan saat mencari barang karena pandangannya lurus. Bantu dengan respon yang tetap positif (jangan marah: cari dong pake mata” karena dia sudah mencari dengan matanya yang memandang lurus ke depan)
 Usahakan tidak duduk di samping saat berbicara dengan suami, karena ia tidak akan bisa melihat dengan baik.
 Perempuan sering salah tunjuk arah dan sulit memahami penjelasan mengenai arah/ membaca peta. Langsung sampaikan ada di sebelah mana dari toko terdekat.
 Suami senang mendengar suara istrinya yang manja. Sehingga otak suami menganggap dia harus melindungi istrinya sebagai “gadis kecil”. Tapi tetap tegas dan jangan pernah bicara manja saat bicara dengan atasan laki-laki karena dianggap lemah dan tidak profesional, atasan laki-laki tidak akan menyukainya (apalagi istri sang atasan tsb😜).
4. Otak tengan (corpus colosum) perempuan lebih tebal dibanding laki-laki, sehingga perempuan bisa mengerjakan banyak pekerjaan dalam 1 waktu (tangan kiri balas WA, tangan kanan oseng sayuran, kaki ngepel, hehe) Sedangkan pada laki-laki lebih tipis sehingga saat mengerjakan sesuatu di depannya, dalam 10 menit mereka akan fokus dan pendengaran menurun.
 Banyak anak laki-laki maupun para bapak heran, kenapa ibu selalu marah saat memanggil mereka. Ini karena sudah panggilan ke-3 dan 4, Ibu memanggil dengan wajah cantik pada panggilan pertama, selanjutnya kesaal. Perbaiki komunikasi, pahami bahwa laki-laki bukan sengaja tidak mau mendengar panggilan, tapi memang tidak mendengar (pendengaran menurun) karena sedang konsentrasi. Jadiii, _tetap tersenyum dan pertahankan wajah cantik sampai panggilan ke-5_ , atau panggil sambil menyentuhnya.
 Perempuan jangan sombong karena bisa mengerjakan banyak hal, karena itu memang fitrahnya. Juga tidak perlu mengeluh karena merasa mengerjakan banyak hal (“ semua ibu, apa-apa ibu”) karena multitasking memang kemampuan perempuan.
5. Ada perbedaan dalam cara menyimak. Perempuan dapat menyimak/ merespon dengan banyak ekspresi (berubah-ubah) dalam waktu 10 menit. Namun laki-laki hanya merespon dengan 1 ekspresi dalam 10 menit, setelahnya baru dapat mengubah ekspresi lainnya.
 Tidak perlu kesal lagi saat suami/ anak laki-laki terkesan kaku responnya saat menyimak ibu, tunggu saja saat mereka siap diajak bicara lagi (ibu pergi dulu aja ke dapur :D). Saat sudah siap, anak biasanya akan mendatangi ibu di dapur atau suami akan memanggil.
Kesimpulan, untuk membangun komunikasi efektif dalam keluarga:
🏡Ciptakan rumah yang aman dan nyaman dengan senyum
🧠Pahami perbedaan otak laki-laki dan perempuan

#disimpan, jadi bekal