kalau kita lahir tidak sebagai muslim, kiranya bagaimana?
Kalau kita tidak lahir di negeri ini, kiranya bagaimana?
Bagi saya, kenikmatan terbesar adalah iman. Dari milyaran manusia yang telah lahir sejak Nabi Adam hingga hari ini, kita terpilih lahir sebagai muslim.
Dimanakah letak kesedihannya?
Dan di bumi yang luas ini, kita ditakdirkan lahir di negeri bernama Indonesia. Negeri yang kabarnya memiliki penduduk beragama islam terbesar. Kita hidup ditengah begitu banyak paradoks di negeri ini. Apa yang agama kita ajarkan, sering tidak kita temukan di lapangan. Apa yang agama kita tuntunkan, sering kita temukan orang melanggar dengan tenang.
Lalu, bagaimanakah baiknya kita menjalani hidup sebagai seorang muslim yang tinggal di negeri ini?
Kita dihadapkan ujian yang berbeda dengan ujian yang tengah dialami saudara kita di Timur Tengah, Palestina, Eropa dan belahan dunia yang lain. Kita diuji oleh pemimpin yang dzalim, kita diuji oleh sesama muslim yang saling menuduh, kita diuji oleh teman-teman terdekat kita sendiri.
Sering rindu, bagaimana rasanya hidup di zaman kenabian. Bisa bertemu dan melihat Rasul, bisa bertanya bila ada ragu, bisa mendengar nasihat-nasihatnya dari mimbar, bisa berdiri sebagai makmumnya ketika berjamaah, bisa terjun perang bersama melawan kedzaliman.
Kini, kita tengah diuji dengan ujian yang bertubi. Kalau niat kita hanya untuk menyelamatkan diri sendiri, rasanya hidup sebagai muslim tidak pernah mengajarkan untuk masuk surga sendirian. Luruskan niat dalam setiap perjuangan. Luruskan niat dalam setiap tindakan.
Hari ini, kita tengah sibuk melawan. Jangan lupa membantu tetangga yang kelaparan, jangan lupa peduli kepada yang dekat. Hari ini kita jengah dengan keadaan. Jangan lupa. Jangan lengah...
5 November 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar