Senin, 20 Juni 2016

Tak terasa sudah memasuki setengah ramadhan, rembulan malam  ini adalah rembulan penuh. Bagi teman-teman yang sempat menyaksikan langit malam ini yang cerah, akan tampak begitu manis rembulannya. Di tengah nikmatnya melihat rembulan tadi malam. Kita mungkin menjadi sebagian kecil umat yang bisa menikmatinya.
Di tengah begitu banyak ujian yang menimpa orang lain. Kita adalah orang-orang yang tidak pernah pantas untuk mengeluhkan hidup ini sebenarnya. Terlalu banyak nikmat yang kita dapatkan dibandingkan dengan apa-apa yang kita khawatirkan.
Ramadhan ini berlalu begitu cepat, tak terasa mungkin besok tiba-tiba sudah hari raya. Dan kitapun tenggelam dalam euforianya, lupa berempati, dan kembali lagi ke kebiasaan-kebiasaan lama. Sangat disayangkan bila ibadah selama ini pun hanya sebagai bentuk euforia.
Kemarin di Masjid Kubah Biru
, barisan shalat isya dan tawarih pun semakin “maju”, artinya semakin sedikit. Dan hampir selalu terjadi dimana-mana, pertengahan ramadhan sebagian besar masjid berkurang jamaahnya. Sahur pun malas-malasan. Dan berbagai indikasi penurunan lainnya.
Mengapa selalu demikian? Seolah-olah ramadhan ini memang sebuah perayaan dengan euforia yang naik turun. Menjalaninya bukan dengan sebuah kesadaran bahwa ini adalah bulan yang berkah dan penuh rahmat. Hanya sekedar menjalani dan ikut meramaikan suasanannya.
Seperti toko-toko baju yang memajang aneka hiasan bernuansa ramadhan, iklan-iklan yang bernuasa sama, semuanya hanya ikut merayakan euforianya. Tidak memberikan esensi dan makna yang tepat. Jangan-jangan kita pun salah dalam menetapkan niat dan memaknai ramadhan ini hanya sebagai sebuah ritual ibadah, tidak lebih dari itu. Mari renungkan kembali.

potongan ke 15 bulan Ramadhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar