Tak terasa sudah memasuki setengah ramadhan, rembulan malam ini
adalah rembulan penuh. Bagi teman-teman yang sempat menyaksikan langit
malam ini yang cerah, akan tampak begitu manis rembulannya. Di tengah
nikmatnya melihat rembulan tadi malam. Kita mungkin menjadi sebagian
kecil umat yang bisa menikmatinya.
Di tengah begitu banyak ujian
yang menimpa orang lain. Kita adalah orang-orang yang tidak pernah
pantas untuk mengeluhkan hidup ini sebenarnya. Terlalu banyak nikmat
yang kita dapatkan dibandingkan dengan apa-apa yang kita khawatirkan.
Ramadhan
ini berlalu begitu cepat, tak terasa mungkin besok tiba-tiba sudah hari
raya. Dan kitapun tenggelam dalam euforianya, lupa berempati, dan
kembali lagi ke kebiasaan-kebiasaan lama. Sangat disayangkan bila ibadah
selama ini pun hanya sebagai bentuk euforia.
Kemarin di
Masjid Kubah Biru
, barisan shalat isya dan tawarih pun semakin
“maju”, artinya semakin sedikit. Dan hampir selalu terjadi dimana-mana,
pertengahan ramadhan sebagian besar masjid berkurang jamaahnya. Sahur
pun malas-malasan. Dan berbagai indikasi penurunan lainnya.
Mengapa
selalu demikian? Seolah-olah ramadhan ini memang sebuah perayaan dengan
euforia yang naik turun. Menjalaninya bukan dengan sebuah kesadaran
bahwa ini adalah bulan yang berkah dan penuh rahmat. Hanya sekedar
menjalani dan ikut meramaikan suasanannya.
Seperti toko-toko baju
yang memajang aneka hiasan bernuansa ramadhan, iklan-iklan yang bernuasa
sama, semuanya hanya ikut merayakan euforianya. Tidak memberikan esensi
dan makna yang tepat. Jangan-jangan kita pun salah dalam menetapkan
niat dan memaknai ramadhan ini hanya sebagai sebuah ritual ibadah, tidak
lebih dari itu. Mari renungkan kembali.
potongan ke 15 bulan Ramadhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar