Minggu, 23 April 2017

KCB itu,.

Menggenap satu tahun, Kamu tau gimana rasanya aku saat Allah pertemukan dengan mereka gimana? 
Perasaannya itu terharu sekaligus terhore 😁😍
Orang-orang yang memilih menjadi berdaya, dengan segala upaya, melahirkan kecintaan orang banyak pada benda yang bernama buku;  mulai dari ngelapak, ngadain 'kajian-kajian' dari buku-buku yang 'ringan sampe yang berat',  belajar menulis, mengalirkan buku-buku yang baik dan layak baca untuk mereka yang notabene lebih butuh nun jauh disana dan banyak lagi ❤❤
jadi jangan heran kalau saat mampir ke basecamp KCB-Mataram, kita akan disuguhkan  pemandangan tiada tara dengan tersusunnya buku-buku yang aseliiii bakalan bikin pengen di angkut semua ke rumah😁, dan yang lebih sweet itu, saat kita boleh minjem buku apa aja dengan lama sesuka hati *tapi nggak buat selamanya lho ya😂* dan nggak lupa, orang-orangnya humble sekalii ❤❤ :)
Karna makin kesini, rasanya budaya baca mulai meredup *kecuali baca status di medsos yak 😌*.
"Kurang-kurangin main medsosnya, lebih baik baca buku, karna kamu nggak akan tau gimana beratnya perjuangan hidup di depan" gitu kata dosen dulu masi-masi jamannya kita imut-imut *eh?? 😂
Kalau kataku, aku senggaknya harus lebih banyak tau-banyak baca, selain bisa jadi bahan buat aku belajar,  bisa jadi ilmu yang mengalir *insyaallah*, mana tau besok lusa akan lebih banyak yang bisa aku diskusiin bersama kamu di temani teh hangat atau coklat hangat buatan aku, jadi kamu bisa lebih lama menghabiskan waktu dirumah, bersama aku *ihihihi

*karna masih banyak yang belum tau apa itu KCB,  KCB adalah singkatan dari Ketika Cinta Bertemu, eh??  Becanda ding.  KCB itu Sebentuk Komunitas Cinta Baca, dengan misi menghidupkan budaya literasi, menulis kemudian berdaya :). Jangan tanya buku-bukunya dari mana, bukankah ketika kita memiliki niat baik maka jalan akan Allah bukakan?  Right? Yang aku paham, sebagian besar buku-buku yang ada di basecamp itu adalah buku-buku punya akak-akak dan abang-abang KCB yang lebih memilih menyimpan buku-buku kesayangannya di rak-rak KCB dari pada di rak-rak kamar sendiri, mungkin seperti pikirku "semoga jadi amal mengalir", selebihnya?  Rizki itu datang dari arah yang selalu nggak keduga, seperti hibah dari kompas waktu itu dengan membawa serta 100 eksemplar buku dan masih banyak lagi :')

Doakan ya, semoga hati kami adalah hati yang selalu semangat menebar kebermanfaatan dengan wajah yang selalu cerah ceria :')

Selamat memeringati hari buku sedunia, 23 April 2017 :)

Jumat, 21 April 2017

Tulisan: Lebih


Kalau kita mau merenung lebih banyak, menghentikan sejenak diri dari rutinitas. Kemudian mengambil waktu untuk menyaksikan bagaimana setiap manusia bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Lantas menyelami setiap sisi kehidupan manusia dari matahari terbit hingga hilang dari permukaan.
Rasanya, keberadaan kita di dunia ini seperti sama sekali tidak berarti. Tidak lebih berarti dan bermanfaat dibandingkan orang-orang yang selama ini mungkin kita pandanga sebelah mata. Orang yang secara materi tidak lebih baik dari kita, yang secara penampilan tidak lebih bersih dari kita, juga mungkin secara beribadah tidak lebih mudah dari kita.
Betapa sombongnya diri kita sehingga kita merasa hidup kita yang terlihat mudah dan menyenangkan ini, dengan segenap cita-cita yang tinggi, dengan segudang kebahagiaan, makanan yang lezat, juga kemudahan lain. Kemudian kita merasa bahwa kita adalah orang baik, barangkali lebih mudah masuk surga.
Kalau saya ajukan pertanyaan tentang; apa yang sudah kita lakukan hari ini sehingga memberi manfaat kepada banyak orang?
Apakah waktu kita hari ini hanya habis untuk duduk manis di depan komputer, menulis segala hal indah dan sendu, atau habis bercengkerama dengan teman kemudian tertawa terbahak, atau habis dengan duduk di ruang diskusi membaca semua hal. Kemudian kita merasa sudah melakukan sesuatu yang bermanfaat.
Bermanfaat untuk diri sendiri? Betapa egoisnya kita selama ini, melakukan segala sesuatu hanya untuk kebermanfaatan diri sendiri.
Jangan-jangan keberadaan kita di dunia ini tidak lebih bermanfaat dibanding dengan keberadaan para pemulung, tanpa saya bermaksud merendahkan pekerjaan tersebut. Barangkali “nilai” mereka lebih baik dari kita, kita sibuk berpikir bagaimana hidup kita nanti menjadi lebih baik, lebih kaya, lebih tinggi derajatnya. Kita lupa bahwa sebagaian besar orang seperti mereka (pemulung), sibuk membersihkan hal-hal itu demi kota yang lebih bersih.
Nilai hakiki kita tidak lebih baik dari orang-orang yang selama ini kita pendang sebelah mata, bukankah nilai manusia tidak diukur dari label pendidikan, banyaknya harta, paras, dan segala hal yang bersifat tidak selamanya.
Kelak timbangan kita hanya mau menimbang amal, bukan harta, bukan hal lain yang selama ini kita kejar. Dan amal itu adalah buah dari kebermanfaatan kita selama hidup. Jadi, hari ini apakah kita sudah memberi manfaat?

-Rumah, Di Penghujung hari kartini