Selasa, 11 November 2014

~kau harus mendayung perahumu sendiri~





Menemukan sebuah bacaan yang cukup menelisikku, dengan judul “bijaklah memilih jalan Hidup”, bukan pada judulnya yang membuatku tertarik, tapi sebuah pernyataan “bersediakah kau menikahimu?” pertanyaan yang begitu menarik, sempat tersenyum membacanya, kata-kata itu memang seperti magnet dan jujur, pernyataan itu sangat membuatku penasaran.
Mmm.. beberapa menit setelah membacanya, aku termenung. Bacaan itu benar-benar membuatku memikirkan semua tingkah laku dan kebiasaanku sendiri dan mengajukan sebuah pertanyaan penting pada diriku sendiri:
“jika aku berkenalan dengan seseorang (yaitu diriku sendiri) yang memiliki karakteristik, tingkah laku, dan sikap seperti ini, bersediakah aku menikahinya??
            Aku diharapkan bercermin pada tingkah lakuku sekarang ini, dan itulah kuncinya: bukan tingkahlaku atau karakter yang inginku miliki dimasa depan. Periode eveluasinya adalah sekarang, yang sedang berlangsung, kini dan saat ini.
            Aku mulai berpikir. Metode ini bagus sekali. Hmmmmm.. bersediakah aku menikah denganku? Yang mengejutkan, aku sadar bahwa pikiran jujurku menjawab, “mungkin” dan bukan “sudah pasti” atau “tentu saja!”  karena itu, aku lalu bertanya kepada diriku sendiri hal-hal apa yang mestinya kulakukan untuk membantuku mengubah jawaban dari mungkin menjadi ya yang mantap? Dan, begitulah, aku mulai menyusun satu daftar lagi.
            Metode ini begitu ampuhnya hingga aku memutuskan untuk menggunakan alur pertanyaan yang sama untuk menanyakan kepada diriku sendiri hal-hal lain juga, seperti: bersediakah aku berteman denganku? Bersediakah aku mempercayaiku? Maukah aku mencintaiku? Maukah aku menjadi atasanku? Bersediakah aku menjadi muridku? Atau bahkah: bersediakah aku mempunyai putri sepertiku? Oke, aku tahu tiga yang terakhir itu kedengarannya aneh, tapi kurasa kalian tahu maksudku, bukan?
            Aku geli melihat jawaban-jawaban yang keberikan untuk setiap pertanyaanku itu. Hasilnya menegaskan bahwa aku ini manusia biasa (basi!), yang banyak kekurangan (dobel basi!) dan  sudah pasti perubahan perilaku akan mendatangkan manfaat bagiku. Tentu saja aku tersenyum sewaktu menatap daftar yang gamblang mengenai diriku ini, dan aku sadar bahwa bacaan itu sebenarnya tentang perubahan. Memperbaiki diri. Berusaha. Transformasi. Bacaan itu menyajikan cara yang sangat bagus untuk menilai perilakuku sehari-hari saat ini. Tidak ada pertanyaan pilihan ganda dan mencocokkan yang memberitahukan siapa kita. Hanya satu pertanyaan dan kita harus memikirkan sendiri jawabannya.

            Allah, Sang Khalik, sudah mengajari kita pentingnya bertanggung jawab atas tindankan-tindakan kita sendiri :
            Bagi siapa di antara kamu yang hendak mendahului, atau tinggal dibelakang saja. Setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya. Al-muddatstsir 74: 37-38
            Subhanallah..kita semua akan diminta oleh Allah untuk menjelaskan tindakan kita masing-masing, dan yang terpenting adalah bahwa kita harus bertanggung jawab atas tindakan-tindakan itu. Bertanggung jawab!
Menjadi teringat dengan sebuah hadis:
             Abdullah bin Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah berkata, “masing-masing dari kamu adalah pelindung dan bertanggung jawab atas tanggungannya. Pemimpin yang berkuasa atas rakyatnya adalah pelindung dan bertanggung jawab atas mereka; seorang pria adalah pelindung keluarganya dan bertanggung jawab atas mereka; seorang wanita adalah pelindung rumah dan anak-anaknya suaminya dan bertanggung jawab atas mereka; seorang pelayan adalah pelindung harta benda tuannya dan bertanggung jawab atas barang-barang itu, maka kalian semua adalah pelindung dan bertanggung jawab atas tanggungan kalian.” Al-Bukhari dan muslim
Hadist diatas, di dalam hatiku, aku tahu bahwa aku harus berubah dan mengubah apapun didalam diriku yang tidak konsisten dengan agamaku karena, suatu hari kelak, aku akan ditanya oleh Tuhanku. Hal ini membuatku sadar akan sesuatu yang sangat berat. Bayangkan saja, namaku akan dipanggil didepan seluruh umat manusia, semuanya, mulai dari Adam sampai manusia yang terakhir dilahirkan. Semua mata akan tertuju padaku… lalu, seluruh kesalahanku akan dibeberkan dan ditujukan kepada semua orang. Betapa kikuknya, Betapa memalukannya, Betapa terhina rasanya. Rasanya aku tak sanggup menghadapi peristiwa itu. Benar-benar tak sanggup. Memikirkan saja sudah membuat lututku gemetar. Astaghfirullah… ampuni aku, Tuhan-ku..
            Aku tahu aku harus mengubah semua yang tidak baik di dalam diriku, sedikit demi sedikit. Memang perlu waktu, tetapi harus kulakukan.
            Aku kembali teringat dengan nasihat Nabi Muhammad SAW tercinta:
            Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barang siapa diantarakalian, melihat suatu kemungkaran, hendaklah ia membetulkan dengan tangannya; dan jika ia tak punya cukup kekuatan, hendaklah ia membetulkan dengan lidahnya ; dan apabila ia tak mampu juga, hendaklah (menentang kemungkaran itu) dengan hatinya, dan itulah semalemah-lemahnya Iman” Muslim
            Selama ini aku mendengar hadis ini selalu digunakan oleh orang-orang Muslim sewaktu menganalisis perilaku orang lain. Namun, aku merasa nasihat dari Nabiku ini paling tepat bila diterapkan pada perilaku diri sendiri.
            Beliau berkata bahwa, jika kita melihat suatu kemungkaran, aku harus membetulkan dengan tangan kita. Tangan, menurut para pemikir, mengacu pada tindakan. Jadi, jika aku sadar bahwa ada hal-hal yangtidak baik didalam diriku, bukankah aku juga sebaiknya menerapkan juga hadis ini pada diriku sendiri?
            Aku tahu itu harus kulakukan sendiri karena Allah sudah berfirman dalam Qur’an yang mulia, yang bila diterjemahkan berbunyi:
            Yang demikian itu keran sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nilkmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada suatu kaum hingga kaum itu mengubah keadaannya sendiri. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui (Al-Anfa)
            Jika aku tidak mengubah perilakuku sendiri dengan tindakanku, perilakuku ittu akan tetap sama. Allah tidak akan mengubahkan untukku jika aku sendiri mengubah menolak perbuatanku, atau sifatku, sekarang juga. Semuanya terserah padaku. Ini jelas sekali. Ubah diriku sendiri, atau kalau tidak, aku tidak pernah perubah. Allah berfirman Dia akan mengubah siapa pun sampai mereka mengubah diri mereka sendiri. T-I-N-D-A-K-A-N!
            Aku ingin berbagi mengenai sebuah buku “mikro” yang pernah kubaca, sebuah cerita superpendek yang memuat lima adegan dengan analogi yang luar biasa….
            Adegn 1:
            Aku menyusuri sebuah jalan, danada lubang yang dalam di trotoar. Aku terperosok. Lama sekali akkku baru bisa keluar. Kejadian itu bukan salahku.
            Adegan 2:
            Aku menyusuri jalan yang sama. Aku terperosok lagi kedalam lubang. Aku tetap perlu waktu lam untuk keluar. Itu salahku.
            Adegan 3:
            Aku menyusuri jalan yang sama. Aku terperosok lagi ke dalam lubang. Rupanya sudah jadi kebiasaan. Itu sudahjelas salahku. Aku cepat-cepat keluar dari lubang.
            Adegan 4:
            Aku menyusuri jalan yang sama dan melihat lubang yang dalam di trotoar. Aku berjalan mengitari lubang.
            Adegan 5:
            Aku mengambil jalan yang lain.

            Bagus, bukan? Akhiirnya sang penullis menyusuri jalan lain. Cerita itu ditulis dengan sangat indah karena sangat sederhana dan tidak berbelit-belit, dan aku suka sekali kesederhanaan itu. Dibalik semua itu, cerita itu mengandung tuntunan mendasar untuk melakukan perubahan….
            Cerita itu membuatku memikirkan beberapa kejadian yang pernah kualami. Beberapa kali aku harus terjatuh kedalam lubang yang sama? Dua kali? Tiga kali? Coba banyangkan. Bukankah aku akan dianggap orang yang tidak belajar-belajar juga, orang yang bodoh atau konyol, jika aku tetap saja jatuh kedalam lubang yang sama, berulang kali?
            Bagaimana dengan kalian? Coba pikirkan sesuatu yang selama ini ingin kalian ubah, dan Tanya diri kalian, sejujur-jujurnya; dalam adegan mana kalian sekarang dan apa yang mesti kalian lakukan untuk memastikan bahwa kalian tiba di adegan terakhir? Renugkanlah jalan yang sekarang kalian susuri. Apakah ada lubang dan kalian terus-menerus terperosok sampai akhirnya menyakiti diri kalian sendiri/ mengapa kalian masih juga terperosok, padahal tahu lubang itu ada? Mengapa sukar sekali bagi kalian untuk berjalan mengitari lubang itu, atau mumgkin mengambil jalan lain?
            Bagaimanapun juga, kalian harus memutuskan dan mewujudkan perubahan itu. Kalian harus berani. Harus tegar. Wujudkan perubahan yang akan membuat kalian Berjaya. Wujudkan perubahan yang diperlukan itu demi Allah. Ambillah jalan lain.
            Allah-lah yang berjanji, bukan aku, bukan orang tua kita, bukan teman-teman kita. Itu adalah janji pencipta kita, Tuhan kita, Yang Mahakuasa.
            “Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu Berjaya” An-nur 24:31

Tidak ada komentar:

Posting Komentar