Akan menjadi tempat ternyaman untuk aku sendiri.
Memutuskan dengan sadar untuk mulai menulis lagi :)
Semoga bermanfaat, minimal sebagai pengingat untuk diri sendiri, sebagai rekam jejak perjalanan ini.
Iin Wahyuningsi
Rumah, 5 Januari 2018
Akan menjadi tempat ternyaman untuk aku sendiri.
Memutuskan dengan sadar untuk mulai menulis lagi :)
Semoga bermanfaat, minimal sebagai pengingat untuk diri sendiri, sebagai rekam jejak perjalanan ini.
Iin Wahyuningsi
Rumah, 5 Januari 2018
Punya sepatu cuman satu. Kadang pengeen gitu ganti. Soalnya udah agak buluk. Padahal masih bagus dan cukup layak. Akhirnya kemarin disentil sama Allah.
Pas mampir sholat ke mushola Riyadul Jiinan, ketemu mas-mas sepantaran aku. Sepatu kerjanya 50% udah ngelupas kulit luarnya. Entah karena nggak mau ganti atau belum bisa ganti sepatu, apapun itu... Aku jadi sangat bersyukur. Dan merasa sebenarnya yang aku punya sudah cukup :)
-Iin Wahyuningsi
Labuapi, di hari ke Lima bulan Januari
Selepas menjalankan ibadah magrib, Aisyah mengambil kunci motor yang tergantung di dinding rumah. Saat itu jarum jam ditangannya menunjukkan pukul 18:55 WITA. Kurang lebih membutuhkan waktu 15 menit untuk sampai ke TPQD (Taman Pendidikan Qur'an Dewasa), malam itu Aisyah tidak buru-buru seperti biasanya saat mengendarai motor merah miliknya, santai, tenang. Seperti sedang ingin lebih banyak berbicara pada udara malam yang sejuk.
Sesampainya di TPQ, seorang ibu yang kira-kira berumur 65 tahun sontak menggandeng tangannya "duduk di sini, sama ibuk ya... Ajarkan ibuk ini (sambil menunjuk buku Qiroati jilid 4 pada kolom bawah halaman 22)". Aisyah masih tertegun "hehehe.. Aisyah juga belum muroja'ah, Umi, kan Aisyah belum maju, belum setor sama Ustadzah" jawab Aisyah dengan nada sungkan pada ibu yang biasa Aisyah sapa Umi Kamila.
"Disimak dan diajarkan dah dulu. Nanti kalau sudah selesai, Aisyah Ustadzah simak" tiba-tiba Ustadzah menimpali, Rupanya diam-diam Ustadzah mendengarkan.
Umi Kamila : "ini bagaimana cara bacanya" menunjuk huruf Alif Lam Mim
Aisyah : "kalau ada tanda layarnya begini dibaca panjang 6 harokat. Mim bertasydid dibaca dengung/ditahan 2 harokat. Contoh: aliflaaaaaaammiiiiim" praktek Aisyah sambil menghitung jumlah harokat dengan jari kanan.
Berkali-kali Umi Kamila mempraktekkan dan selalu gagal. Sampai akhirnya, tibalah giliran Umi maju ke Ustadzah untuk menyetor bacaannya. Sekembalinya, Aisyah bertanya "Gimana Umi, L atau L-?" (L sebagai tanda Lulus dan boleh melanjutkan pelajaran ke halaman berikutnya, L- sebagai tanda tidak lulus dan besok harus mengulang di halaman yang sama),
"L-" kata Umi Kamila lemas.
"Sabar sabar... Tandanya harus lebih semangat lagi belajarnya, ya. Dimana nggak lulusnya Umi? " tanya Aisyah setelah menguatkan hati Umi
"Dibagian yang ini" kata Umi sambil menunjuk pada huruf Qaf Ha Ya 'Ain Sod
Aisyah menghela nafas... "Ini huruf mafatih uswar yang paling bikin gregetan Umi, hehehe" kata Aisyah, entah sedang menyemangati dirinya atau Umi Kamila. Sebab, Aisyah anti dapat L- karna pikirnya, perjalanan yang cukup jauh dari rumah ke TPQ itu lumayan menyesakkan dada kalau akhirnya dapat L- dan besok harus mengulang lagi di halaman yang sama.
Tibalah giliran Aisyah, Sempat ada debar-debar asmara yang dirasakan Aisyah saat hendak menghadap Ustazah, "bismillaah".. Gumamnya dalam hati.
Saat maju, Ustadzah meminta Aisyah membaca isti'adah dan basmalah, kemudian menunjuk bacaan pada halaman 40 dan kolom bawah pada halaman. Aisyah menarik nafas panjang pada sesi membaca kolom bawah ini. Semuanya dibaca lancar oleh Aisyah, sampailah jari Ustadzah menunjuk pada bacaan Qaf Ha Ya 'Ain Sod. Sejenak debar jantung Aisyah kian kuat. Aisyah mencoba mengatur nafas lebih dalam lagi. "Hmmm.... Qaaaaaaf Haaaaaa Yaaaaaa 'Aiiiiiin~~~Soooood" lantang Aisyah dalam satu tarikan nafas. Dan tertulis L di kolom ke 15 dalam buku Kontrol Aisyah. Ustadzah tersenyum, sambil bertanya "Siapa yang ngajarin?"
Aisyah menjawabnya dengan senyuman sumringah, bahagia terpancar dari wajahnya sampai ia lupa menjawab pertanyaan Ustadzah.
*****
Selesailah waktu untuk mengaji, santriwati satu per satu meninggalkan TPQ hingga menyisakan Ustadzah dan Aisyah, lebih tepatnya Aisyah menunggu untuk bertanya pada Ustadzah.
"Maaf Ustadzah, bolehkah Ana bertanya?" tanya Aisyah memberanikan diri
"Tanya saja, apa?" sahut Ustadzah memperkenankan
"Diantara huruf mafatih uswar, kenapa banyak yang mengaku kesulitan saat bagian Qaf Ha Ya Ain Sod, dan banyak yang dapat L- berkali-kali?, Ana saja belajarnya berkali-kali, latihan berkali-kali, sampai khawatir pas setor sama Ustadzah dapat L-" Aisyah memulai pertanyaannya
Ustadzah tersenyum (agak ingin tertawa) "Aisyah tau di surah apa huruf mafatih uswar Qaf Ha Ya Ain Sod itu? " tanya Ustadzah dengan wajah yang sedikit serius. Sontak Aisyah berpikir, mengarahkan bola matanya ke atas.
"Hehehe..Lupa, Ustadzah", jawab Aisyah dengan polosnya.
"Kalau begitu, nanti sesampainya di rumah, buka Alqur'an surah ke 19 kemudian renungkan baik-baik ayatnya" jawab ustadzah dengan senyum melengkung dibibirnya, membuat pesona perempuan yang kerap disapa Ustadzah Yanti itu kian menjadi.
Selama perjalanan dari TPQ menuju rumah tak henti-hentinya Aisyah penasaran, bukan apa, sebab diantara huruf mafatih uswar, pada Qaf Ha Ya 'Ain Sod lah jantung Aisyah kerap berdebar, menjadi sedikit sulit bernafas atau sebut saja nervous. Mungkinkah ini cinta? Jika iya, semoga tak 'bertepuk sebelah tangan'. Lho?
Setibanya di rumah, Aisyah langsung membuka mushaf miliknya, "Surah ke 19" gumam Aisyah.
"Surah Maryam... "
*****
Pada Qaf Ha Ya 'Ain Sod lah Surah itu dipermulakan, manjadi pembuka dari satu-satunya nama Surah dalam Al-qur'an yang menceritakan salah satu dari ummul mu'minin yang Allah jamin masuk surga.
Seorang wanita yang bernama Maryam, wanita yang sedari kecil amat terjaga kesuciannya, wanita yang dengan kebesaran hati orang tuanya memilih mengorbankan satu-satunya anak yang mereka miliki untuk menjaga 'rumah Allah' dan mengasingkan diri.
teramat luas kesabaran yang diajarkan Ibunda Maryam, teramat kuat keyakinannya akan kebaikan Robbnya, ditengah berat dan sulitnya Ia saat mengandung hingga melahirkan seorang diri di bawah naungan pohon kurma tanpa seorang pendamping, tanpa seorang hawariyyun-pun, Ia melaluinya, Ia melaluinya, sebab melalui malaikat Jibril, Robbnya telah berfirman;
"Janganlah engkau bersedih hati.,Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya (pohon) itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu., maka makan, minum dan bersenang hatilah engkau... "
(QS. Maryam 19: Ayat 24-26)
Betapa banyak pembelajaran didalamnya.
Diri, sudahkah menjadikan sabarmu seperti sabarnya Ibunda Maryam?
Samakah keyakinan akan Robb mu sebagaimana keyakinan yang diajarkan Ibunda Maryam?
Inikah tanda dari selalu bergetarnya hati saat membaca pembuka Surah Maryam itu?
Iin Wahyuningsi
Mataram, 2 Tahun yang lalu.