Hari-hari kemarin (ramadhan) adalah tentang melepaskan. Melepaskan ego, melepaskan ambisi, melepaskan kekhawatiran, juga melepaskan kesedihan. Untuk bisa merasakan bagaimana lapangnya hati sendiri. Merasakan betapa kesabaran itu benar-benar manis buahnya.
Betapa mengosongkan hati dari segala hal itu memang perlu. Kemudian menyiapkannya untuk diisi kembali dengan hal-hal baru.
Begitu banyak orang yang kehilangan sabar, kemudian kehilangan lebih banyak lagi. Orang yang dicintainya, pekerjaan yang ditunggu-tunggu, kesempatan yang hanya datang sekali, semuanya ikut hilang beserta hilangnya sabar.
Bukankah kebaikan-kebaikan itu hidup karena kesabaran? Bagaimana mungkin kebaikan bisa bertahan lama bila kesabaran itu hilang di tengah masa perjuangan? Kesabaran menyempurnakan kebaikan itu, sebab kesabaran adalah nafasnya.
Betapa banyak niat baik berhenti ditengah jalan karena hilangnya sabar. Betapa banyak orang yang sudah lelah menunggu kemudian menjadi kehilangan karena hilangnya sabar. Betapa banyak penyesalan yang lahir karena ketidaksabaran.
Waktu dan kesabaran adalah sepasang ujian. Kesabaran itu pasti memerlukan waktu. Dan aku memahami bahwa kesabaran itulah yang membuatku bisa merasakan bahwa Allah benar-benar menyertai orang-orang yang bersabar.
Bersabarlah, sedikit lagi. Atau kita akan kehilangan.
Iin Wahyuningsi
Rumah, 6 Januari 2019